Menyikapi Bencana
(Ristyandani)
Bencana alam datang silih berganti menimpa bumi Indonesia. Banjir besar yang melanda Manado dan Jakarta, gunung meletus di Sumatera Utara, angin kencang dan longsor di beberapa daerah, dan banyak bencana alam lain yang hingga kini masih menimpa di Indonesia. Bagaimana tuntunan syariat Islam dalam menghadapinya?
KITA SEMUA SALAH!
Tidak perlu kita saling tunjuk pihak yang bertanggung jawab atas bencana ini. Tidak perlu menyalahkan pemerintah dan aparatnya. Kita semua memiliki andil atas terjadinya berbagai bencana yang menimpa negeri ini.
Penyebab kerusakan ini bisa dari kesalahan kita secara langsung maupun tidak langsung. Misal: Lalai dalam menjaga kebersihan akan langsung berdampak terhadap terjadinya banjir. Ini salah satu bentuk kesalahan manusia yang bisa menyebabkan bencana yang tidak terkait secara langsung dengan kesalahan manusia (misal gunung meletus)?
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian akibat dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar Ruum: 41)
“Perbuatan tangan manusia” sebagaimana disebutkan ayat di atas juga bisa berbentuk kemaksiatan kita kepada Allah. Sudah bersyukurkah kita akan nikmat yang selama ini Allah berikan? Sudahkan kita menggunakan nikmat tersebut di jalan Allah? Atau jangan-jangan malah kita banyak menggunakan nikmat yang Allah berikan untuk kemaksiatan, bahkan kesyirikan?
Betapa banyak dosa yang sudah kita lakukan? Berapa banyak nikmat yang sudah kita kufuri? Terlalu banyak! Maka tidak perlu kita ribut saling tunjuk siapa pihak yang paling bertanggung jawab atas musibah ini.
MUSIBAH ADALAH PENGINGAT
Musibah yang datang ini adalah pengingat bahwa tidak seorang pun manusia yang boleh berlaku sombong atas kekuatan dan kekuasaannya, karena Allah-lah yang Maha Kuat dan Maha Berkuasa.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
Sering karena makmurnya negeri dan hebatnya ilmu pengetahuan membuat manusia merasa bisa memperkirakan dan mengatur segalanya. Musibah yang menimpa penduduk di suatu negeri untuk mengingatkan bahwa betapa kecilnya kekuatan dan kekuasaan Allah. Sehingga tidak sepantasnya manusia bersikap sombong di atas bumi ini.
SABAR
Allah berfirman di dalam Al Qur’an,
“Dan berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila tertimpa musibah mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kami ini adalah milik Allah, dan kami juga akan kembali kepada-Nya.’ Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan pujian dari Rabb mereka dan curahan rahmat. Dan mereka itulah orang-orang yang diberikan petunjuk.” (QS. Al Baqarah: 155-157)
Allah menurunkan musibah agar kita bisa memetik hikmah dari musibah tersebut. Allah tidaklah menimpakan cobaan untuk membinasakan hambaNya, bahkan untuk menguji seberapa kuat imannya.
AKAN DIGANTI YANG LEBIH BAIK
Ingatlah bahwa semua harta benda kita adalah milik Allah. Bahkan jiwa kita pun milik Allah. Mengeluh, menggerutu, atau bahkan menyalahkan pihak lain hanya akan menyesakkan dada kita. Apabila kita ikhlas akan musibah yang menimpa diri kita, insya Allah akan diganti dengan yang lebih baik.
Ummu Salamah –salah satu istri Nabi shalallahu alaihi wa sallam berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan:”Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa” Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah yang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik)”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.”
Ketika Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do’a sebagaimana yang Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.” (HR. Muslim)
BANGKIT!
Terus bersedih tidak akan menyelesaikan masalah. Harta yang hilang pun tak akan kembali dengan ratapan. Kehidupan akan kembali berjalan menjadi baik apabila kita bangkit untuk kembali bersemangat dalam memperbaiki kehidupan kita ke depannya. Allah berfirman,
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar Ra’du: 11)
Musibah yang menimpa manusia justru mengajarkan manusia untuk bangkit menjadi lebih kuat dari sebelum tertimpa musibah.
Mari membangun kembali rumah dan usaha kita yang porak poranda. Mari saling membantu korban bencana yang ada. Insya Allah, akan ada berbagai kemudahan yang datang setelah ini. Sebagaimana Allah janjikan.
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
“Sungguh setelah kesulitan ada kemudahan.” (QS. An Nashr: 6)
MUSIBAH INI ADALAH KEBAIKAN
Apabila anda masih sedih akibat musibah ini, maka ingatlah bahwa Rasulullah pernah bersabda,
“Apabila Allah menghendaki hamba-hamba-Nya mendapatkan kebaikan maka Allah segerakan baginya hukuman di dunia. Dan apabila Allah menghendaki keburukan untuknya maka Allah akan menahan hukumannya sampai akan disempurnakan balasannya kelak di hari kiamat.” (HR. Muslim)
Ingatlah bahwa musibah ini adalah tabungan amal kita diakhirat kelak. Tidak perlu merasa kehilangan atas harta benda di dunia ini, karena alhamdulillah telah Allah ganti di akhirat kelak.
Wallahu a’lam.
Sumber: Majalah Qudwah, Edisi 19 Vol. 2 1435 H/ 2014 M hal. 71-73
Bencana alam datang silih berganti menimpa bumi Indonesia. Banjir besar yang melanda Manado dan Jakarta, gunung meletus di Sumatera Utara, angin kencang dan longsor di beberapa daerah, dan banyak bencana alam lain yang hingga kini masih menimpa di Indonesia. Bagaimana tuntunan syariat Islam dalam menghadapinya?
KITA SEMUA SALAH!
Tidak perlu kita saling tunjuk pihak yang bertanggung jawab atas bencana ini. Tidak perlu menyalahkan pemerintah dan aparatnya. Kita semua memiliki andil atas terjadinya berbagai bencana yang menimpa negeri ini.
Penyebab kerusakan ini bisa dari kesalahan kita secara langsung maupun tidak langsung. Misal: Lalai dalam menjaga kebersihan akan langsung berdampak terhadap terjadinya banjir. Ini salah satu bentuk kesalahan manusia yang bisa menyebabkan bencana yang tidak terkait secara langsung dengan kesalahan manusia (misal gunung meletus)?
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian akibat dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar Ruum: 41)
“Perbuatan tangan manusia” sebagaimana disebutkan ayat di atas juga bisa berbentuk kemaksiatan kita kepada Allah. Sudah bersyukurkah kita akan nikmat yang selama ini Allah berikan? Sudahkan kita menggunakan nikmat tersebut di jalan Allah? Atau jangan-jangan malah kita banyak menggunakan nikmat yang Allah berikan untuk kemaksiatan, bahkan kesyirikan?
Betapa banyak dosa yang sudah kita lakukan? Berapa banyak nikmat yang sudah kita kufuri? Terlalu banyak! Maka tidak perlu kita ribut saling tunjuk siapa pihak yang paling bertanggung jawab atas musibah ini.
MUSIBAH ADALAH PENGINGAT
Musibah yang datang ini adalah pengingat bahwa tidak seorang pun manusia yang boleh berlaku sombong atas kekuatan dan kekuasaannya, karena Allah-lah yang Maha Kuat dan Maha Berkuasa.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
Sering karena makmurnya negeri dan hebatnya ilmu pengetahuan membuat manusia merasa bisa memperkirakan dan mengatur segalanya. Musibah yang menimpa penduduk di suatu negeri untuk mengingatkan bahwa betapa kecilnya kekuatan dan kekuasaan Allah. Sehingga tidak sepantasnya manusia bersikap sombong di atas bumi ini.
SABAR
Allah berfirman di dalam Al Qur’an,
“Dan berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila tertimpa musibah mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kami ini adalah milik Allah, dan kami juga akan kembali kepada-Nya.’ Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan pujian dari Rabb mereka dan curahan rahmat. Dan mereka itulah orang-orang yang diberikan petunjuk.” (QS. Al Baqarah: 155-157)
Allah menurunkan musibah agar kita bisa memetik hikmah dari musibah tersebut. Allah tidaklah menimpakan cobaan untuk membinasakan hambaNya, bahkan untuk menguji seberapa kuat imannya.
AKAN DIGANTI YANG LEBIH BAIK
Ingatlah bahwa semua harta benda kita adalah milik Allah. Bahkan jiwa kita pun milik Allah. Mengeluh, menggerutu, atau bahkan menyalahkan pihak lain hanya akan menyesakkan dada kita. Apabila kita ikhlas akan musibah yang menimpa diri kita, insya Allah akan diganti dengan yang lebih baik.
Ummu Salamah –salah satu istri Nabi shalallahu alaihi wa sallam berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan:”Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa” Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah yang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik)”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.”
Ketika Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do’a sebagaimana yang Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.” (HR. Muslim)
BANGKIT!
Terus bersedih tidak akan menyelesaikan masalah. Harta yang hilang pun tak akan kembali dengan ratapan. Kehidupan akan kembali berjalan menjadi baik apabila kita bangkit untuk kembali bersemangat dalam memperbaiki kehidupan kita ke depannya. Allah berfirman,
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar Ra’du: 11)
Musibah yang menimpa manusia justru mengajarkan manusia untuk bangkit menjadi lebih kuat dari sebelum tertimpa musibah.
Mari membangun kembali rumah dan usaha kita yang porak poranda. Mari saling membantu korban bencana yang ada. Insya Allah, akan ada berbagai kemudahan yang datang setelah ini. Sebagaimana Allah janjikan.
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
“Sungguh setelah kesulitan ada kemudahan.” (QS. An Nashr: 6)
MUSIBAH INI ADALAH KEBAIKAN
Apabila anda masih sedih akibat musibah ini, maka ingatlah bahwa Rasulullah pernah bersabda,
“Apabila Allah menghendaki hamba-hamba-Nya mendapatkan kebaikan maka Allah segerakan baginya hukuman di dunia. Dan apabila Allah menghendaki keburukan untuknya maka Allah akan menahan hukumannya sampai akan disempurnakan balasannya kelak di hari kiamat.” (HR. Muslim)
Ingatlah bahwa musibah ini adalah tabungan amal kita diakhirat kelak. Tidak perlu merasa kehilangan atas harta benda di dunia ini, karena alhamdulillah telah Allah ganti di akhirat kelak.
Wallahu a’lam.
Sumber: Majalah Qudwah, Edisi 19 Vol. 2 1435 H/ 2014 M hal. 71-73
Posting Komentar untuk "Menyikapi Bencana"