Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Musthalah Al Hadits (Pertemuan Keempat)

• PERTEMUAN : KE - EMPAT.
• BUKU : MUSTHALAH AL HADITS.
• PENGARANG : IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH.
____________
Bismillahir-Rahmanir-Rahim…
Pada materi pertemuan sebelumnya, kita telah menguraikan bersama bahwa “hadits jika ditinjau dari sisi penukilannya kepada kita” terbagi menjadi “dua bagian”, yakni “Mutawatir” dan “Ahad”. Dan terselesaikan juga pada pertemuan tersebut, uraian bagian pertama, yakni seputar “Mutawatir” beserta sedikit penjelasan-nya, walhamdulillah.
Kemudian, untuk liqa (pertemuan) kita pada kali ini, kita akan mengkaji serta mengenal bersama bagian kedua, yakni “Hadits Ahad” insya Allah.
Berkata syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah :
الثَّانِي : الآحَادُ
=>> KEDUA : HADITS AHAD <<=
أ_ تَعرِيفُهَا، ب_ أَقسَامُهَا بِاعتِبَارِ الطُّرُقِ مَعَ التَّمثِيلِ، ج_ أَقسَامُهَا بِاعتِبَارِ الرُّتبَةِ مَعَ التَّمثِيلِ، د_ مَا تُفِيدُهُ
A). Pengertian “Hadits Ahad”.
B). Pembagian “Hadits Ahad” ditinjau dari sisi jalan - jalannya beserta contoh.
C). Pembagian “Hadits Ahad” ditinjau dari sisi levelnya beserta contoh.
D). Faidah “Hadits Ahad”.
Pada liqa kita kali ini, insya Allah kita akan menguraikan poin A dan poin B. Adapun poin C dan poin D insya Allah akan kita lanjutkan pada liqa berikutnya.
___________
A). Pengertian “Hadits Ahad”.
أ_ الآحَادُ : مَا سِوَى المُتَوَاتِر
“Hadits Ahad” yaitu : selain “Hadits Mutawatir”. (Bisa juga pembaca katakan hadits ahad adalah lawan dari hadits mutawatir_pent).
B). Pembagian “Hadits Ahad” ditinjau dari sisi jalan - jalannya beserta contoh.
ب_ وَتَنقَسِمُ بِاعتِبَارِ الطُّرُقِ إِلَى ثَلاَثَةِ أَقسَامٍ : مَشهُورٍ وَعَزِيزٍ وَغَرِيبٍ
Hadits Ahad ditinjau dari sisi jalan - jalannya terbagi menjadi “tiga bagian” yaitu :
1). Masyhur.
2). ‘Aziz. Dan
3). Gharib.
____________
1). Masyhur.
1_ فَالمَشهُورُ : مَا رَوَاهُ ثَلاَثَةٌ فَأَكثَرُ، وَلمَ يَبلُغ حَدَّ التَّوَاتُرِ
“Hadits Masyhur” yaitu : hadits yang diriwayatkan oleh tiga (orang perawi) atau lebih dan tidak mencapai jenjang mutawatir.
مِثَالُهُ : قَولُهُ صَلَّى الله عَليَهِ وَسَلَّم : المُسلِمُ مَن سَلِمَ المُسلِمُونَ مِن لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Contohnya :
Sabda nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
المُسلِمُ مَن سَلِمَ المُسلِمُونَ مِن لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim adalah seorang yang kaum muslimin selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya.” (Al hadits)
@Keterangan global berkaitan dengan takhrij hadits di atas.
Hadits tsb diriwayatkan oleh sejumlah shahabat radhiallahu ‘anhum. Di antaranya adalah :
1). Shahabat Abu Musa Al-Asy’ary radhiallahu ‘anhu, sebagaimana dalam Shahih Al Bukhari pada hadits ke 81 (delapan puluh satu). Dan Muslim pada hadits ke 42 (empat puluh dua).
2). Shahabat Abdullah Ibnu Amr radhiallahu ‘anhuma, sebagaimana dalam Shahih Al Bukhari pada hadits ke 10 (sepuluh). Dan Muslim pada hadits ke 40 (empat puluh).
3). Shahabat Jabir Ibnu Abdillah radhiallahu ‘anhuma, sebagaimana dalam Shahih Muslim pada hadits ke 41 (empat puluh satu).
4). Shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, sebagaimana dalam riwayat Ahmad pada hadits ke 8930.
5). Shahabat Anas Ibnu Malik radhiallahu ‘anhu, sebagaimana dalam riwayat Ahmad pada hadits ke 12561.
6). Shahabat Fudhalah Ibnu ‘Ubaid radhiallahu ‘anhu, sebagaimana dalam riwayat Ahmad pada hadits ke 23958.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh lebih dari tiga periwayat pada setiap thabaqat (tingkatan) sanadnya. Para ahlul hadits menyatakan hadits tersebut tidak mencapai jenjang mutawatir. Hadits tersebut tergolong sebagai “Hadits Masyhur”.
___________
2). ‘Aziz.
2_ وَالعَزِيزُ : مَا رَوَاهُ اثنَانِ فَقَط
“Hadits ‘Aziz” adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua orang perowi saja.
مِثَالُهُ : قَولُه صلّى الله عليه وسلّم : لاَ يُؤمِنُ أَحَدُكُم حَتىَّ أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيهِ مِن وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجمَعِينَ
Contohnya :
Sabda nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
لاَ يُؤمِنُ أَحَدُكُم حَتىَّ أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيهِ مِن وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجمَعِينَ
“Tidaklah salah seorang di antara kalian (dikatakan) beriman sampai aku menjadi orang yang paling ia cintai melebihi dari anak dan orang tuanya dan dari seluruh manusia.” (Al hadits)
@Keterangan global berkaitan dengan takhrij hadits di atas.
Hadits tsb diriwayatkan oleh dua orang shahabat radhiallahu ‘anish shahabah jami’a. Mereka berdua adalah :
1). Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, sebagaimana dalam Shahih Al Bukhari pada hadits ke 15 (lima belas).
2). Anas Ibnu Malik radhiallahu ‘anhu, sebagaimana dalam Shahih Al Bukhari pada hadits ke 14 (empat belas). Dan dalam shahih Muslim pada hadits ke 44 (empat puluh empat).
Hadits tersebut terkategorikan sebagai “Hadits ‘Aziz”.
_____________
3). Gharib.
3_ وَالغَرِيبُ : مَا رَوَاهُ وَاحِدٌ فَقَط
“Hadits Gharib” adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang perowi saja.
مِثَالُهُ : قَولُهُ صلّى الله عليه وسلّم : إِنمَّاَ الأَعمَالُ بِالنِّيَاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امرِئٍ مَا نَوَى
Contohnya :
Sabda nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
إِنمَّاَ الأَعمَالُ بِالنِّيَاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya amalan - amalan itu dengan niat - niatnya. Dan setiap orang mendapatkan apa yang ia niatkan.” (Al hadits)
@Keterangan hadits.
فَإِنَهُ لَم يَروِهِ عَنِ النَّبِيّ صلّى الله عليه وسلّم إِلاَّ عُمَرُ بنُ الخَطَّابِ رضي الله عنه
Sesungguhnya tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari nabi shallalhu ‘alaihi wasallam melainkan hanya Umar Ibnul Khaththab radhallahu ‘anhu.
وَلاَ عَن عُمَرَ إِلاَّ عَلقَمَةُ بنُ وَقَاصٍ
Dan tidak ada yang meriwayatkan dari Umar Ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu melainkan hanya Alqamah Ibnu Waqqash rahimahullah.
وَلاَ عَن عَلقَمَةَ إِلاَّ مُحَمَّدٌ بنُ إِبرَاهِيمَ التَيمِي
Dan tidak ada yang meriwayatkan dari Alqamah Ibnu Waqqash rahimahullah melainkan hanya Muhammad Ibnu Ibrahim At-Taimy rahimahullah.
وَلاَ عَن مُحَمَدٍ إِلاَّ يَحيَى بنُ سَعِيدٍ الأَنصَارِي
Dan tidak ada yang meriwayatkan dari Muhammad Ibnu Ibrahim At-Taimy rahimahullah melainkan hanya Yahya Ibnu Sa’id Al-Anshari rahimahullah.
وَكُلُّهُم مِنَ التَّابِعِينَ ثُمَّ رَوَاهُ عَن يَحيَى خَلقٌ كَثِيرٌ
Dan semuanya dari (riwayat) tabi’in (yakni periwayatan Alqamah Ibnu Waqqash rahimahullah dari Umar Ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu hingga Yahya Ibnu Sa’id Al-Anshari rahimahumullah adalah periwayatan yang Gharib_pent). Kemudian, sejumlah (periwayat) yang banyak meriwayatkan dari Yahya Ibnu Sa’id Al-Anshari rahimahullah.
GAMBARAN HADITS GHARIB.
Lafazh hadits :
إِنمَّاَ الأَعمَالُ بِالنِّيَاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امرِئٍ مَا نَوَى
Jalan periwayatan :
1). Nabi shallallhu ‘alaihi wasallam.
2).‘Umar (hanya beliau yang meriwayatkan dari nabi).
3). ‘Alqamah Ibnu Waqqash (hanya beliau yang meriwayatkan dari Umar).
4). Muhammad Ibnu Ibrahim (hanya beliau yang meriwayatkan dari ‘Alqamah).
5). Yahya Ibnu Sa’id (hanya beliau yang meriwayatkan dari Muhammad).
6). Kemudian banyak perawi yang meriwayatkan hadits ini dari Yahya Ibnu Sa’id Al-Anshari rahimahullah.
Para ulama menyatakan hadits ini adalah hadits “Ahad Gharib”. Dikarenakan hanya bersumber dari seorang perawi.
@Lalu muncul sebuah pertanyaan :
Bukankah kemudian banyak perawi yang meriwayatkan hadits ini dari Yahya Ibnu Sa’id Al-Anshari rahimahullah? Mengapa dihukumi GHARIB, tidak dihukumi MASYHUR atau MUTAWATIR?
@Jawabannya adalah :
Dalam qaidah ilmu hadits “القَلِيلُ يَحكُمُ عَلَى الكَثِيرِ” yang sedikit memberi hukum kepada (atau mengalahkan) yang banyak.
Yakni, dalam setiap tingkatan jalan periwatannya, untuk menentukan hukum apakah hadits tersebut mutawatir atau masyhur atau aziz atau gharib adalah dilihat pada yang paling sedikitnya.
WALLAHU A’LAM BISH SHAWAB.
_____________
• Latihan
1). “Hadits Ahad” yaitu …
2). Hadits Ahad ditinjau dari sisi jalan - jalannya terbagi menjadi … yaitu …
3). “Hadits Masyhur” yaitu …
4). Contoh Hadits Masyhur adalah …
5). “Hadits ‘Aziz” yaitu …
6). Contoh Hadits ‘Aziz adalah …
7). “Hadits Gharib” yaitu …
8). Contoh Hadits Gharib adalah …
Kepada para pembaca sekalian sahabat fillah yang kami mulyakan, apabila pembaca merasakan sedikit kesulitan dalam memahami, kami persilahkan untuk bertanya. Baarakallahu fikum.

Sumber: Al Akh Mubarook Al-Atsary

Tambahan dari admin:
Untuk menguji kemampuan penguasaan materi diatas. Silahkan bandingkan jawaban sahabat fillah dengan jawaban penulis di blog yang bersangkutan disini.

Posting Komentar untuk "Musthalah Al Hadits (Pertemuan Keempat)"