Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pelacur Itu Pun Masuk Surga

(Penulis: Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc)
Disisi Allah sajalah kunci-kunci gaib. Adapun bagi manusia, lorong-lorong gaib itu tertutup dan gelap.

Manusia tidak mengetahui apa yang akan ia lakukan esok hari. Tidak pula mengetahui di bumi mana ajal menjemputnya. Nasib dirinya tidak ia mengerti, apalagi nasib orang lain.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَداً وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat. Dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34)

Saudaraku fillah, banyak hal membuat manusia tertegun, dan merasa lemah di hadapan ilmu dan kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala. Seseorang, di awal kehidupannya demikian buruk, namun di akhir hayatnya berbalik keadaan, Rahmat Allah meliputinya, Allah ampuni dosa-dosanya.

Demikian pula manusia hanya bisa bertasbih, bertakbir, tatkala mendengar berita bahwa satu amalan yang sepertinya remeh, namun ternyata Allah subhanahu wa ta’ala membalasnya dengan pahala besar. Allahu akbar.

Itulah yang terjadi pada seorang wanita pelacur Bani Israil. Kehidupannya yang kelam, hari-harinya yang penuh dosa, tubuhnya yang selalu berkubang di lumpur kenistaan, membuat kita terkejut ketika kemudian dia meraih rahmat Allah subhanahu wa ta’ala dengan sebab sayangnya yang tulus kepada seekor anjing yang lemah.


Kisah wanita pelacur Bani Israil diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda:
بَيْنَمَا كَلْبٌ يُطِيفُ بِرَكِيَّةٍ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ إِذْ رَأَتْهُ بَغِيٌّ مِنْ بَغَايَا بَنِي إِسْرَائِيلَ فَنَزَعَتْ مُوقَهَا فَسَقَتْهُ فَغُفِرَ لَهَا بِهِ
“Pada suatu ketika, seekor anjing mengelilingi sebuah sumur. Hampir-hampir anjing itu mati kehausan. Tiba-tiba seorang wanita pelacur bangsa Bani Israil melihatnya. Maka dilepaslah sepatunya, kemudian diambilkannya air dengan sepatunya. Lalu anjing yang hampir mati itu diberinya minum. Maka Allah subhanahu wa ta’ala mengampuninya dengan sebab itu.”

Al Bukhari menambahkan, bahwa wanita itu dengan penuh ketulusan mengikat sepatunya dengan kain penutup kepalanya. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda:
غُفِرَ لِامْرَأَةٍ مُومِسَةٍ مَرَّتْ بِكَلْبٍ عَلَى رَأْسِ رَكِيٍّ يَلْهَثُ قَالَ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ فَنَزَعَتْ خُفَّهَا فَأَوْثَقَتْهُ بِخِمَارِهَا فَنَزَعَتْ لَهُ مِنْ الْمَاءِ فَغُفِرَ لَهَا بِذَلِكَ
“Wanita pezina diampuni tatkala melewati seekor anjing di sebuah sumur sembari menjulurkan lidahnya, hampir-hampir haus membunuhnya. Segera ia lepas sepatunya, dan ia ikat dengan kain penutup kepalanya. Ia ambilkan air untuk anjing, maka Allah ampuni dengan sebab itu.”

Kisah mengharukan itu terjadi di hari yang panas, membakar dan menyengat. Sebagaimana ditunjukkan dalam riwayat Muslim,
“Seorang wanita pezina melihat seekor anjing di hari yang sangat panas mengelilingi sumur dengan menjulurkan lidahnya karena kehausan. Dia ambilkan air untuk anjing, ia pun diampuni.”

Adakah rahmat itu terselip di qalbu kita. Apa yang kiranya kita lakukan ketika di tengah padang pasir, panas menyengat kita sendiri kehausan, lalu seekor anjing menjulurkan lidahnya terengah kehausan. Adakah kita sempatkan melepas sepatu, lalu kita ikat dengan kain baju kita untuk mendapatkan air untuk anjing. Allahu a’lam.

Syaikh Al-Albani telah mengumpulkan jalan-jalan kisah hadits ini dalam buku beliau Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah. Semua jalan-jalan periwayatan hadits, menunjukkan bahwa berita ini menempati posisi puncak keshahihan.

Saudaraku fillah, ada kisah lain yang serupa dengan kisah di atas. Diriwayatkan Imam Muslim melalui guru beliau Qutaibah bin Sa’id Al-Baghlani dengan sanadnya kepada Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam pernah bersabda:
بَيْنَا رَجُلٌ بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ مِنِّي فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَا خُفَّهُ مَاءً فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّه وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ لَأَجْرًا فَقَالَ فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ
“Pada suatu ketika, seorang lelaki sedang berjalan melalui sebuah jalan. Lalu dia merasa sangat kehausan. Dia dapatkan sebuah sumur, ia pun turun ke dalamnya untuk minum. Begitu keluar dari sumur, dia dikejutkan oleh seekor anjing menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah karena kehausan. Orang itu berkata, ‘Sungguh anjing ini kehausan seperti yang baru kualami.’ Lalu dia turun kembali ke dalam sumur, ia penuhi sepatunya dengan air, dia gigit sepatunya dengan mulutnya, dibawanya naik ke atas dan diberilah anjing itu minum. Maka Allah bersyukur kepada lelaki itu, dan mengampuni dosanya.” Para shahabat bertanya, ‘ Ya Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Apakah kami mendapat pahala dalam (menyayangi) hewan-hewan?’ Jawab Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, “Menyayangi setiap makhluk hidup ada pahalanya.”

Kisah wanita pelacur Bani Israil sungguh menakjubkan betapa besar kasih sayang Allah, terlebih kepada hamba-hamba-Nya yang merahmati sesama. Baginda Rasul shalallahu alaihi wa sallam pernah bersabda dalam hadits Usamah bin Zaid radhiallahu anhu:
إِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ
“Sungguh Allah merahmati hamba-hamba-Nya yang penyayang.” (HR. Al Bukhari)

“Kasihilah yang berada di bumi, niscaya Allah yang berada di atas langit akan mengasihimu.” (HR. At Tirmidzi dari shahabat Abdullah bin Amr bin Al Ash radhiallahu anhuma dishahihkan Asy Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan At Tirmidzi).

Betapa indahnya andai sifat penyayang menghiasi qalbu kita. Betapa bahagianya andai diri kita yang penuh dengan kezaliman diampuni dan dirahmati oleh-Nya.
قَالاَ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Wahai Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 23)

FAEDAH-FAEDAH HADITS:
  1. Islam adalah agama yang mendorong pemeluknya berbuat baik kepada hewan-hewan yang tidak diperintahkan untuk dibunuh. 1) Dalam sebuah hadits Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
“Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk berbuat baik (ihsan) atas segala sesuatu.” (HR. Muslim dari shahabat Syadad bin Aus radhiallahu anhu).
  1. Kebaikan wanita pelacur dan pemuda kepada anjing pada dua kisah di atas bukan berarti dibolehkannya seorang memelihara anjing.
  2. Hadits ini menunjukkan betapa Maha adilnya Allah. Sekecil apapun amalan, Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan balasan. Walaupun seberat dzarrah, semua tercatat, semua diberi balasan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Az Zalzalah: 7)
  1. Pentingnya keikhlasan dan harapan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam beramal. Amalan shalih walaupun sepertinya kecil dan remeh, namun akan bernilai besar di sisi Allah subhanahu wa ta’ala dengan keikhlasan, dan besarnya pengharapan kepada-Nya. Seperti apa yang dilakukan wanita pelacur tersebut. Al Imam Abdullah bin Mubarak Al-Marwazi rahimahullah (198 H) berkata, “Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar karena niat. Dan betapa banyak pula amal besar menjadi kecil hanya karena niat.” (Abu Nu’aim rahimahullah Hilyatul Auliya”).
Amal yang dinilai kecil di mata manusia, apabila ikhlas dan sesuai dengan bimbingan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, Allah subhanahu wa ta’ala akan menerimanya, bahkan melipatgandakan pahala dari amal tersebut. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّئَةُ حَبَّةٍ وَاللّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia0Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261).

Perhatikan contoh lain yang pernah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam kisahkan. Beliau shalallahu alaihi wa sallam pernah bersabda yang artinya, “Seorang laki-laki melihat dahan pohon di tengah jalan, ia berkata, ‘Demi Allah aku akan singkirkan dahan pohon ini agar tidak mengganggu kaum muslimin,’ Maka ia pun masuk surga karenanya.” (HR. Muslim)

Sebaliknya, amalan yang besar seperti jihad, bisa tidak bernilai sama sekali di sisi Allah subhanahu wa ta’ala jika diiringi dengan riya, ujub, atau pembatal amalan lainnya. Seorang laki-laki pernah datang kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang berperang untuk mendapatkan pahala dan agar dia disebut-sebut oleh orang lain?” Maka Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam menjawab, “Dia tidak mendapatkan apa-apa.” Orang itu pun mengulangi pertanyaannya tiga kali, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam pun menjawab, ‘Dia tidak mendapatkan apa-apa.’ Kemudian beliau shalallahu alaihi wa sallam berkata, ‘Sesungguhnya Allah tidak akan menerima suatu amalan kecuali apabila amalan itu dilakukan ikhlas karena-Nya’. “ (shahih, HR. Abu Dawud dan An Nasai dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu anhu).
  1. Rahmat Allah subhanahu wa ta’ala demikian luas. Maka tidak pantas seseorang berputus asa dari rahmat-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A’raf: 156)
  1. Kisah ini di antara contoh bahwasannya amalan kebaikan menghapus amalan kejelekan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَأَقِمِ الصَّلاَةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفاً مِّنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّـيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ
“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang), dan pada sebagian awal malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Hud: 114)
  1. Kisah ini menetapkan sifat Maghfirah (mengampuni) bagi Allah. Sekaligus bantahan bagi Mu’aththilah, kelompok pengingkar sifat.
  2. Kisah di atas juga menetapkan sifat Syukur bagi Allah. Allah subhanahu wa ta’ala bersyukur atas kebaikan hamba-Nya, dengan menerima amalan shalih hamba-Nya dan memberikan balasan yang lebih dari apa yang hamba-Nya perbuat.
  3. Amalan itu sesuai dengan akhirnya.
  4. Hadits ini juga bantahan bagi Khawarij yang mengkafirkan pelaku dosa besar.
  5. Keutamaan memberi minum, dan ini termasuk sebaik-baik amalan. Banyak hadits-hadits shahih yang secara tegas menunjukkan keutamaan amalan memberi minum.
Footnote:
1)      Adapun hewan yang diperintah untuk dibunuh, maka hewan-hewan tersebut diperlakukan sesuai dengan syariat, yakni dibunuh. Misalnya ular, tikus, cicak, kalajengking dan (yang se_tambahan dari saya) misalnya.


Sumber: Majalah Qudwah Edisi 6, Vol. 1 1434 H/2013 M hal. 32-38.

Posting Komentar untuk "Pelacur Itu Pun Masuk Surga"